Syair kesepian ku
Saat-saat di mana kita duduk bercanda ria,
memandang berduan ke seberang lautan atau menatap ke
seberang bukit,
Bergembira dan tersenyum.
Semua indah dan....
Selalu ada senyum menemani kita.
Berjalan menuju jalan bebatuan,
namun kita selalu berpegangan tanggan.
Maju...,
serentak kita melagkah,
walau kadang ada hujan dan kau berteduh di pelukan ku,
walau kadan kepala ku pusing,
dan aku bersandar atau tertidur di pelukan mu.
Semua telah berjalan indah seiring denyut nadi kita...,
Di tambah segar kala di hiasi semilir angin pantai.
Tak kenal apa sedih atau letih,
apa susah atau sepi....
Kini kita berjalan kian jauh,
meningalkana semua jejak yang kita lalui.
Menatap bersama ke tanah perjanjian,
dimana kita akan sampai dan membangun rumah kita di atas perahu
dan mendayungnya berduaan menuju titik-titik cahaya yang
jauh di sana.
Kala pandangan kita saking fokus bersama waktu yang kian
melaju,
kakiku terhantuk batu dan aku terjatuh ke dalam jurang
kesepian.
Jurang dimana duniaku di selimuti rasa sesak,
sendiri dan sunyi.
Tak ada sedikit pun nyanyian sang jagkrik atau raja malam,
Apa lagi kicauan burung.
Semua Bagai telah punah di terjang hujan dan badai
Noah.
Sepi....
Aku hening.... dan terus sepi.
Ku coba menghibur diri trus dan trusan....
Namun tak satupun yang bisa menyembuhkan hati ku yang sepi
dan kering.
Kucoba dengan sekuat tenaga keluar dari rasa itu,
Semakin ku coba,
makin dalam aku jatuh dan merasakan itu.
Sepi.....
Ku ambil secarik kertas dalam office dan ku carik kertas itu
dengan ketikan ku
dan kububuh sepiku dengan sebuah uraian,
Uraian-uraian yang mewarnai sepi dan sunyiku....
bersama dengan kata dan pepatah untuk menghancurkan es sepi itu
dan sepi itu mencair dan mencair bagaikan es yang melebur kala mentari menatapnya
dan semua perlahan bagkit dari dingin dan sepi....
walau masih diam dan termenung.
Ku tunggu dan tunggu.....
karena aku tau.... semua akan berlalu bersama waktu yang bergulir pergi
dan es akan mencair, sepi akan kembali menjadi riang,
musim dingin akan berubah menjadi musim bungga
dan di situ ku akan bagkit dari jurang kesepian itu.
Goresan Pena Paresma
Dengan modal bahasa Indo yang beloum rapuh dengan berjalannya waktu.
Res. Univ. Sta. Tecla, Braga - Portugal 16 September 2018.